Powered By Blogger

Selamat Datang

Silahkan gunakan blog ini agar dapat bermanfaat

Kamis, 26 November 2009

Namanya sepele, tapi siksaannya...

Mungkin kita semua pernah mengalami yg namanya gangguan perut yang terkenal dengan istilah mencret....fiuhh, sepele aja sih sakitnya, tapi efeknya luar biasa. Apalagi kalo mencret datang tiba-tiba disaat kita sedang melakukan hal yang penting, seperti ujian, atau sholat di hari raya. cape? jelas, bolak balik ke wc. Boros? tentu, air kita buang-buang.

hmm...

Senin, 23 November 2009

kopi dan sperma (copas I)

Kopi, si hitam peredam kantuk kembali membuktikan sebagai minuman kaya khasiat, jika dalam penelitian sebelumnya dekafein, salah satu kandungan kopi, bisa mengurangi resiko diabetes, memperlancar peredaran darah dan menghilangkan pusing, ternyata kopi juga bisa membuat sperma bisa berenang lebih cepat dan merangsang kesuburan lelaki.

Sebuah studi yang dilakukan kelompok peneliti dari Universitas Sao Paulo, Brasil menyebutkan lelaki yang rutin minum secangkir kopi setiap paginya memiliki sperma yang mampu berenang lebih lincah dibanding lelaki yang tak pernah minum kopi di pagi hari.

Mereka meneliti 750 lelaki yang akan melakukan vasektomi dan membaginya dalam empat kelompok berdasarkan jumlah kopi yang mereka konsumsi, yakni: mereka yang tak minum kopi, peminum kopi ringan (antara satu sampai tiga cangkir kopi per hari), peminum kopi sedang (antara empat-enam cangkir per hari) dan peminum kopi berat (lebih dari enam cangkir per hari). Penelitian ini menggunakan ukuran skala cangkir 100ml.

Hasilnya, mereka yang mengkonsumsi kopi secara rutin setiap harinya memiliki kualitas sperma yang jauh lebih sehat dibanding yang tak mengkonsumsi kopi.

Kandungan kafein dalam kopi membantu sperma mampu berenang lebih cepat selain membantu memperbaiki sample sperma dalam proses IVF (in-vitro fertilisation), metode pembuahan di luar rahim.

Hasil penelitian tersebut diterbitkan dalam Jurnal hasil konferensi American Society for Reproductive Medicine, di San Antonio.

Sementara dalam penelitian terpisah yang dilakukan State University of New York, Buffalo menyebutkan kopi masih jauh lebih baik dari ganja yang terbukti memperpendek umur sperma, gangguan ereksi dan berpotensi mengurangi kesuburan secara signifikan.

Minggu, 15 November 2009

cerita kura-kura dan kelinci

Suatu saat kelinci dan kura-kura berdebat tentang siapa yang tercepat di antara mereka.

Mereka lalu memutuskan untuk berlomba untuk membuktikan bahwa dirinyalah yang tercepat.

Si kelinci melesat dengan cepat dan meninggalkan kura-kura di belakang.

Melihat bahwa ia sudah jauh mendahului si kura-kura, si kelinci pun tidur di bawah pohon.

Si kura-kura mengerahkan seluruh kemampuannya dan mendahului si kelinci.

kura-kura pun menang.

Kelinci terbangun dan menyesali kekalahannya.

Pelajaran yang dapat kita ambil adalah
mereka yang perlahan tapi pasti akan menang

ini adalah versi cerita yang kita dengar sejak kita kecil.

Cerita berlanjut...

Kelinci merasa sangat sedih dan menyesal telah kalah.

Ia menyadari bahwa ia sudah sombong dan meremehkan kura-kura.

Jika saja ia berusaha lebih baik, pasti ia bisa memenangkan lomba itu.

Jadi ia kembali menantang kura-kura untuk berlomba, dan kura-kura pun setuju s:

Kali ini, si kelinci berlari sekencang mungkin tanpa berhenti hingga garis finish.

Ia menang dalam jarak beberapa mil.

Pelajaran yang dapat kita ambil adalah
Mereka yang cepat dan konsisten akan selalu mengalahkan yang perlahan tapi pasti.

Memang baik menjadi perlahan tapi pasti, namun lebih baik jika kita menjadi cepat dan dapat diandalkan.

Tapi ceritanya tak berakhir di sini..

Kura-kura menghabiskan waktunya untuk memikirkan tentang lomba itu. Tak mungkin ia bisa menang di sebuah jalur yang saat itu mereka pakai.

Ia berpikir beberapa lama, dan menantang si kelinci untuk berlomba di rute yang berbeda. Kelinci setuju s:

Mereka mulai. Masing-masing berlari dengan cepat sesuai kemampuan mereka.

Kelinci memimpin jauh hingga ia menemukan sungai. Ia tak bisa menyebrang.

Akhirnya kura-kura pun menang.

Apa yang dapat kita pelajari adalah
Pelajari dahulu kemampuan dan keunggulanmu.

Bekerja dengan kemampuanmu tidak hanya membuatmu dikenal, tapi juga menciptakan kesempatan untuk berkembang dan meningkatkan bakat.

Cerita belum berakhir di sini...

Kelinci dan kura-kura sekarang menjadi teman baik s:

Mereka menyadari bahwa lomba sebelumnya bisa jadi lebih baik.

Akhirnya mereka setuju untuk melakukan lomba yang terakhir lagi, tapi kali ini mereka bekerja sama sebagai tim.

mereka mulai, dan kali ini kelinci menggendong kura-kura sampai di pinggir sungai.

Di sana, kura-kura bergantian menggendong kelinci dan menyebrangi sungai.

Mereka kemudian bersama mencapai garis finish bersama dengan rasa puas yang lebih dari sebelumnya.

Apa yang dapat kita pelajari adalah...

Memang baik untuk mencapai sesuatu dengan kemampuan sendiri,
namun selama kau tak bisa kerja sama dengan tim, kau akan mencapai hasil di bawah hasil maksimal,
karena pasti ada hal yang tidak dapat kau lakukan sedangkan temanmu dapat lakukan.

Selasa, 10 November 2009

Life is like a cup of coffee...cerita hikmah (3)

Sebuah kelompok alumni yang telah mendapatkan karir di bidangnya masing-masing berkumpul untuk mengunjungi dosen mereka pada saat kuliah.

Percakapan pun seketika berubah menjadi tempat pencurahan mereka akan stres dan masalah dalam hidup dan pekerjaan mereka.

Menawarkan tamu-tamunya kopi, sang Dosen pergi ke dapur.

Ia kembali dengan membawa termos berisi kopi yang banyak, juga beberapa cangkir yang berbeda.

Porselen

Plastik

Gelas

Kristal

Ada yang terlihat biasa saja

Ada yang terlihat mahal

Ada yang terlihat indah

Sang Dosen memberitahu ketiga mantan muridnya untuk memilih sendiri cangkir untuk meminum kopi.

Setelah masing-masing memegang cangkir di tangan mereka,

Sang Dosen mengatakan;

"Jika kau menyadarinya, semua cangkir yang terlihat mahal dan bagus telah diambil,

..Meninggalkan cangkir yang terlihat biasa dan murah.

..Kau ingin mendapatkan yang terbaik untuk dirimu sendiri.

Itulah salah satu penyebab stres dan masalah kalian..."

Sang Dosen melanjutkan,

"Ketahuilah, bahwa cangkir-cangkir itu tidak menambah rasa dalam kopi.

Beberapa hanya terlihat lebih mahal,

dan beberapa hanya menyembunyikan kopi yang ada di dalamnya.

Yang sebenarnya kalian inginkan tadi adalah kopi...

...bukan cangkirnya.

Tapi dengan sengaja, kau memilih cangkir-cangkir terbaik.

Lalu melihat-lihat cangkir milik yang lain...

untuk melihat milik siapakah yang terbaik."

"Sekarang renungkan ini:

Hidup adalah kopi.
Pekerjaan, uang, posisi dan jabatan di dalam masyarakat adalah cangkirnya.

Mereka hanyalah alat untuk menampung kehidupan

Dan jenis-jenis cangkir yang kita punya, tidak menjelaskan ataupun mengubah kualitas kehidupan yang kita jalani.

Terkadang, dengan hanya terkonsentrasi pada cangkirnya, kita lupa untuk menikmati kopinya

Rasakan kopinya, bukan cangkirnya!

Orang-orang yang paling bahagia, tidak memiliki yang terbaik akan segalanya.

Mereka membuat segalanya menjadi yang terbaik.

Hiduplah dengan sederhana.

Bicaralah dengan baik-baik.

Pedulilah dengan sesama.

Cintailah dengan kasih sayang.

.................................................. ..

Istri dan Bebek

Sepasang pengantin baru tengah berjalan bergandengan tangan di sebuah hutan pada suatu malam musim panas yang indah, seusai makan malam. Mereka sedang
menikmati kebersamaan yang menakjubkan tatkala mendengar suara di kejauhan.

"Kuek! Kuek!"

"Dengar", kata si istri, "itu pasti suara ayam."

"Bukan, bukan, itu suara bebek," kata si suami.

"Nggak, aku yakin itu ayam," si istri bersikeras.

"Mustahil. Suara ayam itu 'kukuruyuuuk! ' , bebek itu 'kuek! Kuek!' itu bebek, Sayang,' kata si suami dengan disertai gejala-gejala awal kejengkelan.

"Kuek! Kuek!" terdengar lagi.

"Nah, tuh! Itu suara bebek," kata si suami.

"Bukan, Sayang. Itu ayam. Aku yakin betul," tandas si istri, sembari menghentakkan kaki.

"Dengar ya! Itu a…da…lah…be…bek, B-E-B-E-K. Bebek! Mengerti?" si suami berkata dengan gusar.

"Tapi itu ayam," masih saja si istri bersikeras.

"Itu jelas-jelas bue…bek, kamu…kamu…"

Terdengar lagi suara, "Kuek! Kuek!" sebelum si suami mengatakan sesuatu yang sebaiknya tak dikatakannya.

Si istri sudah hamper menangis, "Tapi itu ayam…"

Si suami melihat air mata yang mengambang di pelupuk mata istrinya, dan akhirnya, ingat kenapa ia menikahinya. Wajahnya melembut dan katanya dengan mesra,
"Maafkan aku, Sayang. Kurasa kamu benar. Itu memang suara ayam kok."

"Terima kasih, Sayang," kata si istri sambil menggenggam tangan suaminya.

"Kuek! Kuek! Terdengar lagi suara di hutan, mengiringi mereka berjalan bersama dalam cinta.

Maksud dari cerita bahwa si suami akhirnya sadar adalah siapa sih yang peduli itu ayam atau bebek? Yang lebih penting adalah keharmonisan mereka, yang membuat
mereka dapat menikmati kebersamaan pada malam yang indah itu. Berapa banyak pernikahan yang hancur hanya gara-gara persoalan sepele? Berapa banyak perceraian
terjadi karena hal-hal "ayam atau bebek?"

Ketika kita memahami cerita tersebut, kita ingat apa yang menjadi prioritas kita. Pernikahan jauh lebih penting ketimbang mencari siapa yang benar tentang
apakah itu ayam atau bebek. Lagi pula, betapa sering kita merasa yakin, amat sangat mantap, mutlak bahwa kita benar, namun belakangan ternyata kita salah?
Lho, siapa tahu? Mungkin saja itu adalah ayam yang direkayasa genetik sehingga bersuara seperti bebek!

"If you start judging people you will be having no time to love them....."

Cerita Hikmah (2)

Suatu malam Nasrudin menghadiri pesta. Ia memakai pakaian yang nampak tua dan lusuh. Ketika ia hadir, tak seorangpun mau menyambutnya dan memberikan tempat duduk. Melihat kondisi seperti itu Nasrudin pulang ke rumah. Ia mengganti pakaiannya dengan pakaian yang baru, lalu ia kembali ke tempat pesta itu. Tuan rumah dan para hadirin kini menyambutnya dengan gembira. Ia diberi tempat duduk dan memperoleh hidangan sebagaimana tamu-tamu yang lain. Tapi Nasrudin justru meletakkan bajunya di atas hidangan seraya berkata, “hai baju baru, makanlah! Makanlah sepuasmu!”
Para undangan heran dan bertanya, “Hai Nasrudin, apa yang kamu lakukan? Apa kamu sudah gila?” Nasrudin menjawab, “Aku sedang menyuruh baju baruku makan hidangan ini sepuas-puasnya. Karena ketika aku datang dengan baju yang tua dan lusuh, tak seorangpun menyilakan aku duduk dan menawarkan hidangan. Sekarang, setelah aku datang dengan baju yang baru, aku mendapatkan tempat yang layak dan hidangan yang lezat. Jadi tuan rumah memberikan hidangan ini untuk baju baruku, bukan untukku” (dikutip dari buku humor sufi)
Masyarakat kita bahkan mungkin kita sendiri masih sering bersikap seperti ‘masyarakatnya’ Nasrudin, lebih menghargai dan menghormati orang – orang yang berpenampilan ‘wah’, (punya mobil mewah, rumah megah, pegang handphone canggih, baju bermerk, arloji mahal) dibanding orang – orang yang berpenampilan biasa saja.
Akhirnya sikap umum ini menjadi lingkaran setan dimana orang – orang pun akan merasa lebih PD (percaya diri), lebih dihormati, serta lebih dihargai jika memiliki dan memakai yang serba ‘wah’ itu. Sebagai karyawan Direktorat Jenderal Pajak secara strata sosial sebagian besar kita berada diatas rata – rata masyarakat umum, terutama setelah remunerasi yang diatas rata-rata pegawai negeri lainnya, walaupun sebetulnya kalau mau jujur bahwa masyarakat kita dari dulu sudah mempunyai stigma ‘sinis’ bahwa ‘orang pajak pasti kaya’, sehingga sekarang pun setelah gaji kita memang mungkin cukup untuk dikatakan ‘kaya’, stigma ‘sinis’ inipun masih sulit dihilangkan.
Menjadi masalah apabila kita terbawa dengan perilaku ‘masyarakatnya Nasrudin’, menjadi merasa terhormat jika memiliki kekayaan berlimpah dan memberi penghormatan lebih kepada rekan – rekan kerja yang serba ‘wah’, akhirnya kenaikan gaji yang jauh diatas pegawai negeri lainnya itupun menjadi tidak seberapa bagi kita dan juga mungkin rekan – rekan kerja kita, apalagi jika dibanding – bandingkan dengan ‘pendapatan dulu’.
Saatnya kita putus mata rantai lingkaran setan ‘masyarakatnya Nasruddin’, beri penghormatan lebih pada orang – orang dengan karya – karya nyata dan kita buktikan bahwa orang pajak telah berubah, perubahan kinerja dan perilaku kita bisa mengubah masa lalu yang menimbulkan stigma ‘sinis’ tersebut, kita bisa menjadi terhormat dengan karya – karya kita. Bahkan kitapun bisa menjawab pertanyaan di artikel sebelumnya, “bahwa memang kitalah pahlawan Indonesia itu”.

Cerita Hikmah (1)

Suatu hari, seorang ahli ‘Manajemen Waktu’ berbicara di depan sekelompok mahasiswa bisnis, dan ia memakai ilustrasi yg tidak akan dengan mudah dilupakan oleh para siswanya.
Ketika dia berdiri dihadapan siswanya dia mengeluarkan toples berukuran galon yg bermulut cukup lebar, dan meletakkannya di atas meja.
Lalu ia juga mengeluarkan sekitar selusin batu berukuran segenggam tangan dan meletakkan dengan hati-hati batu-batu itu kedalam toples. Ketika batu itu memenuhi toples sampai ke ujung atas dan tidak ada batu lagi yg muat untuk masuk ke dalamnya, dia bertanya: “Apakah toples ini sudah penuh?”
Semua siswanya serentak menjawab, “Sudah!” Kemudian dia berkata, “Benarkah?” Dia lalu meraih dari bawah meja sekeranjang kerikil. Lalu dia memasukkan kerikil-kerikil itu ke dalam toples sambil sedikit mengguncang-guncangkannya, sehingga kerikil itu mendapat tempat diantara celah-celah batu-batu itu.
Lalu ia bertanya kepada siswanya sekali lagi: “Apakah toples ini sudah penuh?” Kali ini para siswanya hanya tertegun,”Mungkin belum!”, salah satu dari siswanya menjawab. “Bagus!” jawabnya.
Kembali dia meraih kebawah meja dan mengeluarkan sekeranjang pasir. Dia mulai memasukkan pasir itu ke dalam toples, dan pasir itu dengan mudah langsung memenuhi ruang-ruang kosong diantara kerikil dan bebatuan.
Sekali lagi dia bertanya, “Apakah toples ini sudah penuh?” “Belum!” serentak para siswanya menjawab. Sekali lagi dia berkata, “Bagus!”
Lalu ia mengambil sebotol air dan mulai menyiramkan air ke dalam toples, sampai toples itu terisi penuh hingga ke ujung atas. Lalu si Ahli Manajemen Waktu ini memandang kepada para siswanya dan bertanya: “Apakah maksud dari ilustrasi ini?”
Seorang siswanya yg antusias langsung menjawab, “Maksudnya, betapapun penuhnya jadwalmu, jika kamu berusaha kamu masih dapat menyisipkan jadwal lain kedalamnya!”
“Bukan!”, jawab si ahli, “Bukan itu maksudnya. Sebenarnya ilustrasi ini mengajarkan kita bahwa : JIKA BUKAN BATU BESAR YANG PERTAMA KALI KAMU MASUKKAN, MAKA KAMU TIDAK AKAN PERNAH DAPAT MEMASUKKAN BATU BESAR ITU KE DALAM TOPLES TERSEBUT.
“Apakah batu-batu besar dalam hidupmu? Mungkin anak-anakmu, suami/istrimu, orang-orang yg kamu sayangi, persahabatanmu, kesehatanmu, mimpi-mimpimu. Hal-hal yg kamu anggap paling berharga dalam hidupmu. Ingatlah untuk selalu meletakkan batu-batu besar tersebut sebagai yg pertama, atau kamu tidak akan pernah punya waktu untuk memperhatikannya. Jika kamu mendahulukan hal-hal yang kecil dalam prioritas waktumu, maka kamu hanya memenuhi hidupmu dengan hal-hal yang kecil, kamu tidak akan punya waktu untuk melakukan hal yang besar dan berharga dalam hidupmu”.
Selamat mengisi hidup

Pengikut